Pengibaran bendera pusaka merah putih pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Foto: Frans Mendur/IPPHOS. |
Keterlaluan sekali orang yang mengatakan bahwa bendera pusaka merah putih terbuat dari kain seprai putih dan tenda merah warung soto. Itu penghinaan. Namun untunglah, ada saksi hidup yang menyangkalnya dan kemudian mengungkap riwayat sebenarnya dari Sang Saka Merah Putih itu. Berikut ini pengungkapannya. Silakan disimak.
Bendera pusaka merah putih yang dikibarkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945 bukan terbuat dari kain seprai dan tenda warung soto.
Bendera pusaka merah putih yang dikibarkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945 bukan terbuat dari kain seprai dan tenda warung soto.
Di internet beredar luas informasi
mengenai kain bendera pusaka merah putih yang dikibarkan pada Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Disebutkan, bendera itu berasal dari kain
seprai warna putih dan kain tenda sebuah warung soto warna merah.
Keterangan ini berasal dari Lukas Kustaryo, seorang tentara, yang
menceritakan pengalamannya kepada majalah Intisari, Agustus 1991. (Baca: Lukas Kustaryo, Kisah Duka Dari Rawagede)
Kustaryo mengklaim telah
mengkonfirmasikannya kepada Fatmawati. “Benar, kain merah putih yang
saya jahit itulah pemberian saudara,” kata Fatmawati, seperti ditirukan
Kustaryo.
Benar atau tidak klaim Kustaryo, wartawan Intisari
jelas tak bisa mengkonfirmasikannya kepada Fatmawati yang wafat pada 14
Mei 1980. Yang pasti, Fatmawati sendiri menceritakan dari mana dia
mendapatkan kain untuk bendera merah putih dalam bukunya, Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Volume 1, yang terbit tahun 1978.
Menurut Fatmawati, suatu hari, Oktober
1944, tatkala kandungannya berumur sembilan bulan (Guntur lahir pada 3
November 1944), datanglah seorang perwira Jepang membawa kain dua blok.
“Yang satu blok berwarna merah sedangkan yang lain berwarna putih.
Mungkin dari kantor Jawa Hokokai,” kata Fatmawati.
Dengan kain itulah, Fatmawati
menjahitkan sehelai bendera merah putih dengan menggunakan mesin jahit
tangan,“sebab tidak boleh lagi mempergunakan mesin jahit kaki.”
Pemberian kain sebagai bahan bendera itu
agaknya berkaitan dengan pengumuman Perdana Menteri Koiso pada 7
September 1944 bahwa Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia “kelak di kemudian hari.”
Menurut Sukmawati Sukarnoputri, dikutip oase.kompas.com,
24 Juli 2011, Fatmawati menjahit sambil sesekali terisak dalam tangis
karena dia tidak percaya Indonesia akhirnya merdeka dan mempunyai
bendera serta kedaulatan sendiri.
Siapa perwira Jepang yang mengantarkan kain merah putih kepada Fatmawati?
Perwira tersebut adalah seorang pemuda bernama Chairul Basri. Dia mendapatkannya dari Hitoshi Shimizu, kepala Sendenbu (Departemen Propaganda).
Pada 1978, Hitoshi Shimizu diundang
Presiden Soeharto untuk menerima penghargaan dari pemerintah Indonesia
karena dianggap berjasa meningkatkan hubungan Indonesia-Jepang. Usai
menerima penghargaan, Shimizu bertemu dengan kawan-kawannya semasa
pendudukan Jepang.
“Pada kesempatan itulah ibu Fatmawati
bercerita kepada Shimizu bahwa bendera pusaka kainnya dari Shimizu,”
kata Chairul Basri dalam memoarnya, Apa yang Saya Ingat.
Pada kesempatan lain, waktu berkunjung
lagi ke Indonesia, Shimizu menceritakan kepada Chairul Basri bahwa dia
pernah memberikan kain merah putih kepadanya untuk diserahkan kepada
Fatmawati. Kain itu diperoleh dari sebuah gudang Jepang di daerah Pintu
Air, Jakarta Pusat, di depan bekas bioskop Capitol. “Saya diminta oleh
Shimizu untuk mengambil kain itu dan mengantarkannya kepada ibu Fatma,”
kenang Chairul.
Tiba saatnya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Ketika Fatmawati akan melangkahkan kaki
keluar dari pintu rumahnya terdengarlah teriakan bahwa bendera belum
ada. “Kemudian aku berbalik mengambil bendera yang aku buat tatkala
Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu. Bendera itu
aku berikan pada salah satu yang hadir di tempat depan kamar tidur.
Nampak olehku di antara mereka adalah Mas Diro (Sudiro ex walikota DKI),
Suhud, Kolonel Latif Hendraningrat. Segera kami menuju ke tempat
upacara, paling depan Bung Karno disusul oleh Bung Hatta, kemudian aku,”
kata Fatmawati.
Setelah Sukarno membacakan proklamasi, Latif Hendraningrat dan Suhud kemudian mengerek bendera pusaka merah putih.
How To Play Slots Online - Casino Roll
ReplyDeleteA fun, safe, and entertaining gaming 벳365주소 experience will be hard 세븐 포커 to miss. Slots enthusiasts are eager mobile bet365 to find ways to 슬롯 do 실시간 배팅 사이트 so in a place where